Pendekatan Non-positivistik dan Pragmatik


PENDEKATAN NON-POSITIVISTIK DAN PRAGMATIK



 




MAKALAH
Diajukan guna memenuhi tugas
dalam mata kuliah Filsafat Ilmu

Disusun Oleh :
A.RIRIS MULDANI
    NIM : 12340139 IH-B

Dosen :
     Dra. Hj. Ermi Suhasti S.,MSI

         ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
        YOGYAKARTA
       2013
KATA PENGANTAR
Segala puji kita haturkan  kehadirat Allah SWT  yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga Saya  dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Pendekatan Non-Positivistik dan Pragmatik ini dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini disusun atas  refrensi dari beberaba buku yang bersangkutan dengan tema yang telah diberikan ke Saya. Makalah ini juga disertai hal-hal yang bersangkutan dan sesuai dengan makalah yang ditugaskan oleh dosen pengampu.
Selain itu Saya juga mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu kami yang membantu menyemangati dalam pembuatan makalah ini. Juga kepada para penulis buku yang saya jadikan refrensi dalam pembuatan makalah ini dan Para tokoh yang mencetuskan pendektan tentang non-positivistik dan pragmatik.  Terima kasih juga kepada dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu yang selalu membimbing saya dan tidak lupa kepada sahabat Mahasiswa dan Santri yang selalu mendukung saya. Semoga hasil makalah ini bisa membawa manfaat bagi kita semuanya.
Dalam penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat saya harapkan, demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan. Makalah ini juga bertujuan menjelaskan kedua pendekatan tersebut (Non Positivistik dan Pragmatik) dengan harapan menjadi suatu pertimbangan dan acuan dalam melakukan penelitian dan pembelajaran. Menjadikan kedua pendekatan tersebut sebagai panduan dalam melakukan  pembuktikan suatu hipotesis ataupun analisa.

Yogyakarta, 29 Maret 2013

Penyusun
















BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG

Dalam ilmu filsafat mempunyai beberapa pendekatan guna mengetahui kebeneran dari suatu gejala yang muncul. Pendekatan berdasarkan ilmiah dan non ilmiah. yang non ilmiah menggunakan perhitungan dan pemikiran yang kurang matang. Sehingga banyak tokoh filsafat atau filsuf yang merasa kurang puas atas pendekatan tersebut. Kemudian para filsuf memikirkan hal itu sehingga muncul sebuah pendekatan baru dan hingga sekarang masih dipergunakan oleh ilmuwan-ilmuwan, yakni pendekatan ilmiah.
Pendekatan ilmiah sendiri terbagi menjadi tiga, yaitu Positivistik, Non Positivistik dan Pragmatik. Positivistik memiliki perbedaan dengan pendekatan Non Positivistik dan Pragmatik. Sedangkan Non Positivistik dan Pragmatik memiliki persamaan yang sama. Dan makalah ini akan membahas pendekatan tentang non-positivistik dan pragmatic.
Walaupun kedua pendekatan ini memiliki persamaan pasti juga memiliki perbedaan. Sehingga kedua pendekatan ini tidak mungkin dibahas dalam satu bab yang sama.
2.      RUMUSAN MASALAH
-          Mengetahui sejarah Pendekatan Non-positivistik dan Pragmatik?
-          Mengetahui pengertian pendekatan Non-positivistik dan Pragmatik?
-          Mengetahui Persamaan dan perbedaan kedua pendekatan tersebut?
3.      TUJUAN
-          Kita semua dapat mengerti sejarah pendekatan Non-positivistik dan Pragmatik.
-          Kita dapat mengetahui pengetian pendekatan Non-positivistik dan Pragmatik.
-          Kita dapat mengklasifikasikan antara persamaan dan perbedaan pendekatan tersebut.
















BAB II
ISI
1.      SEJARAH PENDEKATAN NON-POSITIVISTIK DAN PRAGMATIK

Pendekatan ilmiah secara Non Positivistik dan Pragmatik merupakan bagian dari pendekatan ilmiah dalam filsafat. Kedua cara ini secara garis besar bersifat Deduksi[1]. Tetapi pandekatan Pragmatik juga masuk kategori bersifat Adeduksi.  Pendekatan Non Positivistik dan Pragmatik ini muncul sebelum Pendekatan Positivistik.

a.       Pendekatan Non-positivistik

Pendekatan Non-positifik ini dipelopori oleh Thomas Kuhn melalui buku The Strucure of Scientific Revolution yang terbit pada tahun 1962, non positivistik adalah satu cara pandang open mind untuk mendapatkan informasi dan tidak untuk generalisai yang penekatannya berawal pemaknaan untuk menghasilkan teori dan bukan untuk mencari pembenaran terhadap suatu teori, ataupun menjelaskan suatu teori, dikarenakan kebenaran yang diperoleh adalah pemahaman terhadap teori yang dihasilkannya.
Pendekatan Non Positivistik masih bersifat spekulatif[2]. dengan menggunakan penalaran (Rasionalis). Sebab pada saat itu belum ada metode yang digunakan semua alat ukur dalam mengecek kebenaran. Dengan begitu akan timbul pertanyaan, dari manakah hal-hal yang dapat di nalar itu diperoleh? Kebanyakan semua itu diperoleh dari gejala yang tampak, lalu membandingkan dengan logika yang lain. Dalam hal ini disebut membandingkan Silogisme.
Dua hal penting dalam Non Positivistik adalah menggunkan penalaran Deduksi (Rasionalis), secara penelitian Apriori[3]. oleh karena itu Matematika juga termasuk dalam bagian Non Positivistik, karena memang tak membutuhkan observasi disebabkan sudah jelas rumusnya (ketentuannya).
Kita ambil Contoh saja : Dalam pembahasan jumlah shalat tarawih yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan, orang-orang islam yang berfaham Muhamadiyah yang menjalankan shalat tarawih hanya delapan rakaat, dan tiga shalat witir. Karena mereka para jamaah Muhammadiyah menganggap shalat terawih dengan delapan rakaat dan tiga witir itu yang terbaik bagi mereka dan paling sah.
Namun orang-orang islam yang berfaham Nahdlatul Ulama’  melaksanakan shalat tarawih dengan dua puluh rakaat dan tiga witir. Jika kita mencari suatu kebenaran dari kedua pilihan shalat terawih yang dilaksanakan kedua faham diatas, maka kita tidak akan bisa mendapatkannya. Karena kedua faham tersebut benar, tetapi yang membedakan dari shalat terawih tersebut, hanyalah tergantung kepercayaan diri pribadi masing-masing faham itu. Oleh karena itu dalam pendekatan non positifistik terdapat dua hal pembuktian. Yang pertama pelaku dapat memusatkan perhatian pada sebuah interaksi antara pelaku dengan dunia nyata mereka. Kedua mengerti arti penting yang terkait dengan yang dilakukan pelaku.


b.      Pendekatan Pragmatik

Pendekatan Pragmatik dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam sebuah karya tulis yang berbentuk makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul “How to Make Ideals Clear”. Pragmatisme menantang segala otoritanianisme, intelektualisme dan rasionalisme. Pegangan pragmatis adalah logika pengamatan dimana kebenaran itu membawa manfaat bagi kehidupan manusia. Pragmatik berasal dari bahasa Yunani: Pragma artinya yang dikerjakan, dilakukan, perbuatan, tindakan. Menurut pendekatan pragmatik tentang kebenaran, suatu proporsi adalah benar sepanjang teori berlaku atau memuaskan.
Pragmatik juga merupakan salah satu pendekatan yang bersifat Abduktif[4]. Dewasa ini pragmatik jarang sekali digunkan dalam pendekatan ilmiah, dikarenakan kemampuan dalam Pragmatik tidak dimiliki semua orang. Pada umumnya logika lebih menguasai diri seseorang, sedangkan pragmatik berada diluar jangkauan logika. Banyak terjadi sesuatu keputusan yang secara logika tidak mungkin dipilih, tetapi malah menjadi pilihan.
Mengenai kebenaran Pragmatik, suatu pernyataan itu benar apabaila sesuai dengan akibat yang ditimbulkannya. Akan tetapi Pragmatik tidak digunakan untuk mengukur data, melainkan untuk mengklasifikasi data-data homogen sebagai indikator.
Kita dapat mengambil contoh : Ketika masa Diponegoro orang yang memakai celana dikatakan kafir, sedangkan yang memakai sarung tidak. Jika zaman Diponegoro yang memakai celana dan yang memakai sarung hanyalah sebagai pembeda antara penjajah (Belanda) dengan kaum pribumi. Untuk zaman sekarang persepsi seperti ini tidak berlaku lagi, karena penjajah sudah tidak ada di Indonesia dan semakin berkembangnya zaman.
Menurut A.W.Ewing, digambarkan terang-terangan, benar suatu kepercayaan mungkin saja berlaku baik, walaupun tidak benar, atau sebaliknya suatu kepercayaan yang mungkin saja berjalan buruk walaupun benar. Misal : Kita mencuri harta penjajah yang telah merampas harta penduduk, kemudian harta yang kita curi tersebut kita berikan kepada penduduk yang kelaparan, karena harta mereka dirampas oleh penjajah. Kita tahu bahwa mecuri itu tidak baik, namun memberikan harta kepada yang membutuhkan itu baik.
 Itulah yang dimaksud oleh A.C.Ewing.Menurut A.C.Ewing, kepercayaan-kepercayaan itu berguna karena kepercayaan itu benar, bukan benar karena kepercayaan itu berguna. Contoh: Hukum yang ditegakkan itu digunakan agar semua dapat mematuhinya, sehingga dapat berjalan dengan lancar dan tidak merugikan pihak lain. Dan janganlah kita membenarkan suatu persepsi atau kepercayaan itu karena berguna atau menguntungkan kita walaupun harus merugikan orang lain. Maksudnya adalah jangan kita menjalankan kepercayaan yang sifatnya hanya ingin menguntungkan diri sendiri tanpa mementingkan pihak lain.











BAB III
PENUTUPAN
1.      Kesimpulan

Pendekatan Non Positivistik dan Pragmatik ini muncul sebelum Pendekatan Positivistik. Pendekatan Non-positifik ini dipelopori oleh Thomas Kuhn melalui buku The Strucure of Scientific Revolution yang terbit pada tahun 1962. Pendekatan Non Positivistik masih bersifat spekulatif dengan menggunakan penalaran (Rasionalis).
Seperti contoh yang aada diatas, bahwa Jika kita mencari suatu kebenaran dari kedua pilihan shalat terawih yang dilaksanakan kedua faham diatas, maka kita tidak akan bisa mendapatkannya. Karena kedua faham tersebut benar, tetapi yang membedakan dari shalat terawih tersebut, hanyalah tergantung kepercayaan diri pribadi masing-masing faham itu.
Pendekatan Pragmatik dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam sebuah karya tulis yang berbentuk makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul “How to Make Ideals Clear”. Pragmatik juga merupakan salah satu pendekatan yang bersifat Abduktif.  Dewasa ini pragmatik jarang sekali digunkan dalam pendekatan ilmiah, dikarenakan kemampuan dalam Pragmatik tidak dimiliki semua orang.
Persamaan antara kedua pendekatan ini adalah pada sifat dari kedua pendekatan ini, yang secara garis besar pendekatan non-positivistik dan Pragmatik bersifat deduksi. Namun perbedaannya pendekatan Pragmatik juga termasuk pendekatan abduktif.




DAFTAR PUSTAKA
Suhesti, Ermi. Pengantar Filsafat Ilmu,Prajnya Media Sawitsari, Cet II, F-11 Yogyakarta 55283, 2012
Suriasumantri, Jujun. S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer,Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1987
Peursen, Van dan Berling K.M, Pengantar Filsafat Ilmu, alih bahasa Soedjono Soemargono,cet IV,Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1997
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1996
http://coszyblogz.blogspot.com/2012_05_13_archive.html (Pukul 08.13, Jum’at, 29 Maret 2013)




[1] ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
2 yang bersifat spekulatif hanya pada logika (silogisme), sedangkan matematika bersifat pasti (sebab ada rumus) meskipun masih dalam kategori Non Positivistik.

[3] kesimpulan tidak membutuhkan observasi.
[4]   [4][4] kebenaran yang berdasarkan pada naluri.
Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar