IBU TERCINTA


ARTI SEORANG IBU

Ingatkah waktu kecil dulu Ibu kita yang selalu menemani kita ketika kita pergi?
Kita yang dulu lemah yang selalu dibimbing oleh ibu kita hingga menjadi seperti sekarang. Ibu kita yang selalu tersenyum pada kita walaupun kita dimarahi oleh Ayah.
Sadarkah Ibu adalah seorang yang sangat sabar?
Apakah Ibu kita pernah marah kalau kita pergi dengan kekasih dunia kita?
Apakah Ibu kita pernah sedih saat kita sudah menikah dan tidak tinggal serumah lagi dengan Ibu kita?
Apakah Ibu kita pernah marah kalau kita tidak bisa menjadi dokter karena kita tidak mampu?
Apakah Ibu kita pernah marah kalau kita tidak bisa menjadi seorang polisi atau ABRI karena kita tidak memiliki jiwa patriotisme?
Apakah Ibu kita pernah marah kalau nilai ujian kita jelek?
Apakah kita sadar seorang Ibu selalu menyalahkan dirinya apabila kita mendapat nilai ujian jelek?
Apakah kita sadar kalau Ibu kita merasa gagal mendidik kita kalau kita tidak bisa mewujudkan cita-cita kita?
Apakah kita sadar Ibu kita yang selalu mengenang masa-masa indah ketika kita masih kecil kita selalu bermain bersama sang Ibu, dan ketika sudah besar kita lebih sering meninggalkan Ibu kita sendirian di rumah?
Apakah kita sadar saat kita menikah Ibu kita akan merasa kesepian karena diusianya yang sudah senja kita bukannya menemaninya malah kita tinggal bersama orang lain yang kita temukan pada saat kita dewasa?
Saya tahu kita semua mungkin belum bisa membalas jasa-jasa Ibu kita, tapi minimal menyambut bulan Suci Ramadhan ini kita bisa meminta maaf atas semua kesalahan kita pada Ibu kita bagi yang ibunya masih hidup,.dan mendoakan bagi yang ibunya sudah mendahului meninggalkan dunia…
Saya tahu mungkin sebagian dari kita sudah tidak memiliki Ibu lagi, saya tidak ingin kita yang masih memiliki Ibu masih menunda-nunda waktu untuk minta maaf, saya tidak ingin ketika pulang nanti ketika sampai di rumah kita sudah menemukan Ibu kita sudah tak bernyawa…
Saya juga tidak ingin kita semua yang belum bisa membahagiakan Ibu kita juga tidak sempat meminta maaf atas semua kesalahan yang kita berbuat karena kelalaian kita…
Saya tahu mungkin sebagian dari kita sudah tidak memiliki Ibu lagi, saya tidak ingin kita yang masih memiliki Ibu masih menunda-nunda waktu untuk minta maaf, saya tidak ingin ketika pulang nanti ketika sampai di rumah kita sudah menemukan Ibu kita sudah tak bernyawa…
Saya juga tidak ingin kita semua yang belum bisa membahagiakan Ibu kita juga tidak sempat meminta maaf atas semua kesalahan yang kita berbuat karena kelalaian kita Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan pamrih apapun juga. Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan waktunya 24 jam sehari bagi anak-anaknya, tidak ada perkataan siang maupun malam, tidak ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 366 hari dlm setahun.
Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari-hari tertentu. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu saja “Mother’s Day” sedangkan di hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya waktu. Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada bunga maupun hadiah.
Renungkanlah:
Kapan terakhir kali menelpon Ibu?
menanyakan kabar..?
Kapan terakhir mengundang Ibu, untuk makan bersama ?
Kapan terakhir kali mengajak Ibu jalan-jalan?
Dan kapan terakhir kali memberikan kecupan manis dengan ucapan terima kasih kepada Ibu yang telah melahirkan ?
Dan kapankah terakhir kali berdoa untuk Ibu ?
Berikanlah kasih sayang selama Ibu masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah berangkat, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi ,..
Ibu ,…
Semoga Allah Swt membawamu kedalam surganya,..
Doa dari anakmu,.
Hanya Do’a dan Do’a yang bisa aku hadiahkan padamu ,.ibu,.ayah…Maafkan aku ,kakakku juga adik adikku,..apabila disaat engkau berdua masih di dunia,.kami belum bisa memberikan kehangatan dan kebahagiaan untukmu,..

MENGATASI PERASAAN GALAU

Penyebab hati gelisah memang banyak, tapi intinya semua kegelisahan sebenarnya datang daripersepsi kita sendiri. Sehebat apa pun masalah yang kita alami, tapi kalau kita mempunyai persepsi yang benar tentang masalah tersebut maka insya Allah hati kita tidak galau. Itulah sebabnya kita melihat ada orang yang hidupnya miskin tapi ternyata ia bahagia. Sebaliknya ada orang kaya tetapi ia tidak bahagia. Hal itu karena persepsi mereka berbeda dalam melihat persoalan kehidupan.

Sebenarnya kegelisahan tidak ada hubungannya dengan apa yang ada di luar kita, tapi terkait dengan bagaimana kita mengelola perasaan. Ingat Rabi’ah Al Adawiyah? Beliau adalah wanita ahli sufi yang tidak menikah tapi hatinya begitu bahagia. Suatu ketika temannya mengajak Rabi’ah untuk menghadiri sebuah keramaian (pesta) yang menyenangkan. Lalu apa katanya? “Tidak! Aku lebih suka disini. Beribadah kepada Allah. Disini lebih indah dan menyenangkan daripada di pesta tersebut!” kata Rabi’ah Al Adawiyah. Pelajaran yang bisa dipetik adalah
http://furqona.com/images/stories/Gambar/jalan.gifbahwa Rabi’ah sadar betul bagaimana cara memperoleh ketenangan hati. Caranya adalah dengan banyak beribadah (zikir) kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Ar Ra’d ayat 28 : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. Coba tirulah apa yang dilakukan Rabi’ah, insya Allah akan bahagia. Tidak peduli begitu banyak persoalan yang dihadapi.
Jadi solusi untuk tidak galau (ketenangan hati) adalah zikrullah (mengingat Allah SWT). Zikir ada tiga, zikir hati yakni dengan mengingat Allah dan berbagai nikmat-Nya, zikir lisan yakni dengan banyak menyebut/memuji Allah SWT (ucapan yang lazim adalah : Subhannallah, Alhamdulillah, Laa ilaha illa Llah, Allahu Akbar), dan zikir amal, yakni dengan melakukan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Niscaya dengan zikir kepada Allah pada tiga jenis zikir tersebut, hati kita tidak pernah lagi merasa gelisah (tenang). Allah si pencipta manusia, tentu lebih tahu bagaimana cara membuat kita tenang daripada diri kita sendiri.
Lalu jika ada yang telah beribadah (zikir) tetapi hatinya tetap kesepian, maka persoalannya terletak pada
cara ibadahnya yang salah. Mungkin ibadahnya sebatas formalitas dan seremonial belaka. Tidak diiringi dengan kekhusyu’an kepada Allah SWT.
Orang-orang yang tertipu oleh kehidupan dunia ini berupaya menghilangkan rasa gelisahnya dengan mencari jalan di luar zikir kepada Allah SWT. Mereka mengandalkan akalnya yang terbatas dan perasaannya yang dilingkupi nafsu untuk keluar dari rasa gelisah. Ada di antara mereka yang mengatasi kesepian dengan cara melakukan hobi-hobi tertentu, menghabiskan waktu malamnya di diskotik/kafe, berolahraga, mendengarkan musik, bermain games, mengikuti jaringan komunitas di internet, seperti facebook yang sekarang ini lagi ngetrend, dan lain-lain. Apakah cara tersebut berhasil membuat hati tenang dan bahagia? Mungkin untuk jangka pendek berhasil, tetapi untuk jangka panjang tidak akan berhasil. Oleh karena itu kita lihat ada orang yang berlebih-lebihan dengan aktivitas pengusir rasa sepinya (ketagihan). Mereka merusak kesehatan, hubungan pertemanan dan keluarga, atau menghambur-hamburkan uang untuk mengusir rasa gelisahnya.
Padahal mengatasi rasa galau bukan tergantung pada apa yang ada di luar kita, tapi pada apa yang ada di dalam hati/perasaan kita. Perasaan kita yang harus dikelola dengan zikir kepada Allah SWT. Itulah satu-satunya jawaban jika hati kita ingin tenang dan terhindar dari kegelisahan, sebagaimana yang tertera dalam Al Qur’an Surah 13 ayat 28 di atas. Bukan berarti kita tidak boleh melakukan berbagai hobi kita, bermain games atau bergaul seluas-luasnya, tetapi itu hanyalah cara kita untuk menikmati dan mensyukuri indahnya hidup di dunia ini. Bukan cara kita untuk mengatasi rasa gelisah kita. Itu pun kita lakukan sebatas tidak melanggar syariat-Nya.
Lalu tentang cara untuk menjauhi teman Anda, coba pikirkan apakah Anda perlu menjauhi atau justru mendekatinya dalam rangka berdakwah (menasehatinya). Sebab bersabar dengan cara berda’wah dalam pergaulan yang buruk pahalanya lebih besar daripada menjauhi pergaulan yang buruk.
Demikian jawaban saya. Semoga kita semua diberi kemudahan oleh Allah SWT untuk memiliki hati yang tenang dan bahagia di tengah berbagai persoalan kehidupan.
Salam
silaturrohmi

Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar